Friday, August 27, 2010

kami melaluinya dan kami mengalaminya

hanya copast !

Cerita #1


AKU MENCINTAINYA DAN AKU PINGIN DIA BERSAMA ORANG LAIN

"Aku sayang ama dia, Ma. Aku mencintainya. Namun tubuh ini tidak mengendakinya. Tubuh ini tidak akan mampu membahagiakannya," barisan kalimat seorang perempuan yang sedang menceritakan kisah cintanya, sampai saat ini masih terekam olehku,.

Perempuan yang menunggu hadirnya kekasih selama masa kuliahnya di Jogja. Setelah bertahun-tahun menunggu hadirnya pujaan hati, setelah bersama, harus berpisah karena dia mencintainya.

"So? Why did you let him go?" tanyaku.
Tanpa ekspresi, segera air matanya membasahi pipi. Tersengal, menahan kepedihan, dia mencoba menjawab pertanyaanku dengan terbata. Membiarkan air matanya turun membasahi jilbab yang dia kenakan, dengan tertunduk, dia mengatakan, "Rahim ini tidak akan pernah memberikan keturunan untuknya. tubuh ini tidak akan penah memberikan bahagia untuknya",....

Seolah tercekat, aku mengalihkan pandanganku. Mencoba menerawang jauh pada kalimat-kalimat yang lain tentang konsep seorang anak, konsep keturunan, prokreasi, konsep bagaimana peran sosial yang dikonstruksi menjadi "kodrat" khusus untuk perempuan.

Ups, aku terdiam, kami terdiam, membisu.

Tangisnya semakin kuat, ingin melepas segala penat, seolah ingin menggugat semua orang. Bagiku, tangisnya tentu bukan tanpa alasan.

Setelah beberapa menit kami terdiam, kami mulai berkomunikasi meskipun bukan dengan klimat dan suara. Dengan gerak tubuh, pandangan mata, dan helai nafas kami. Aku mencoba mengatur kalimat, mengatur mimik, mengatur nafas dan mencari momentum yang tepat untuk membuka obrolan lagi. Dia menatapku, kemudian tersenyum.

Sembari menyeka air matanya, dia berkata, "Maaf, aku malah jadi menangis. Aku malu!"

Aku membalasnya dengan tersenyum simpul, ”Menangislah, mungkin itu bisa membantu. Aku pun pernah menangis!”

“Btw, kenapa kamu ingin dia pergi pada saat dia ingin bersamamu?” tanyaku.

“Aku gak bisa melihat dia menderita, aku gak ingin dia menemaniku untuk yang satu ini. Meskipun aku berharap…” jawabnya sambil menatap sudut ruang dengan pandangan kosong.

“Bagaimana dengan dia (laki-laki yang menjadi pasangannya), apakah dia juga ingin pergi saat tahu rahim itu tidak bisa memberinya keturunan? Apakah dia ingin meninggalkanmu saat nestapa menghampirimu? Apakah dia ingin menemanimu hanya saat bahagia menjelang?”, tanyaku ingin tahu bagaimana dengan pasangannya.

Belum sempat dia menjawab, aku meneruskan pertanyaanku, “Kenapa kamu sangat yakin jika rahim itu tidak lagi berfungsi?”

Dia menatapku tajam, menghela nafas dan kemudian kembali menangis. Kali ini, ingusnya keluar, menegaskan bahwa dia sangat terluka.

copast dari postingan saudara saya

Kenyataan ini, terlalu pedih untuknya

Vonis bahwa TORCH (toksoplasma dan CMV) hidup di darahnya, membuat tubuhnya melemah. Secara fisik, tubuhnya sering pingsan. Terlebih saat Menstruasi. Bukan hanya nyeri yang dirasakannya, bahkan sampai pingsan.

“Aku gak tau ma, Aku gak tau. Aku mencintainya dan aku ingin dia bersama orang lain…, itu saja,…”
Satu cerita tentang kawanku, yang menghentikan hubungan dnegan ornag yang dicintainya karena merasa dirinya tidak layak lagi untuk pasangannya karena terserang TORCH. Dengan luka mendalam, dia merelakan kebahagiaannya agar pasangannya mendapatkan keturunan.

Sedangkan dia, merasa cukup bahagia jika tidak pingsan saat menstruasi menjelang.

2 comments:

  1. ahhh apa pa an ini?? mentang mentang bsk pulang pulang mau bilang, kenalin ini tante ayik kalo yg itu om rio!! wahaaha

    ReplyDelete
  2. beuuuuuuuuuh aku cuma copast joj ini hahaah

    ReplyDelete